Grace
Priskila Hakim – 00000026391
5W
+ 1H
1. What : Berlibur
2. Where : Taman Nasioanal Gunung Gede Pangrango
3. When : Sabtu, 7 Mei 2016
4. Who : Saya (Grace) berserta dengan kedua kakak
saya, mama saya, dan teman-teman gereja
5. Why : Kami mengunjungi air terjun yang ada
disana
6. How : Perjalanan untuk sampai ke tempat air
terjun sangatlah terjal
SATU
YANG TAK TERLUPAKAN
Cahaya terangnya
matahari mulai tampak perlahan-lahan untuk menunjukaan kehebatannya di bumi
ini. Kicauan burung-burung di udara begitu indah menghiasi pagiku. Sabtu 7 Mei
2016 merupakan pengumuman kelulusan bagi Sekolah Tingkat Atas (SMA). Sekitar
pukul sembilan pagi pengumuman tersebut akan dikirim melalui email
masing-masing siswa. Sehari sebelumnya saya bersama dengan teman-teman gereja
sedang berlibur dan menginap di vila kawasan Puncak, tepatnya di Vila Puncak
Resort. Suara handphone berbunyi
petanda email masuk. Kemudian saya bergegas untuk cek dan itu bennya email
masuk. Seketika perasasaan saya diselimuti rasa takut, bingung, cemas yang
membuat tubuh saya menjadi bergetar.
Perlahan-lahan
saya membuka kunci pengaman handphone
dan segera membuka email tersebut untuk mencari daftar nama siswa yang lulus.
Pikiran buruk pun menimpa saya, karena nama saya belum terlihat dalam daftar.
Dengan serius dan teliti saya melihat setiap nama yang ada. Akhirnya nama saya
ada dan saya sangat bersyukur dan senang karena bisa menyelesaikan pendidikan
di tingkat SMA ini. Sontak saya berteriak kegirangan yang menggemparkan seisi
villa. Teman-teman saya yang ada disekitar saya mengucapkan selamat atas
kelulusan dan juga merasakan kebahagiaan yang saya rasakan.
Merayakan
kelulusan saya, salah satu teman saya yang bernama Kezia mengusulkan untuk
pergi ke salah satu tempat wisata air terjun yang berada di sekitar Puncak ini
dan kami menyetujuinnya. Sebelum pergi kami mencari-cari informasi tentang air
terjun tersebut di dengan bantuan Googling.
Tidak perlu menunggu lama, alamat yang didapatkan sudah lengkap. Kami berkemas-kemas
untuk ketempat tujuan dan meninggalkan villa untuk pulang ke Tangerang.
Kami berangkat
dari vila sekitar pukul 10.00 WIB menggunakan transportasi tiga mobil pribadi.
Cuaca pada hari itu cukup dingin disertai angin yang cukup kencang. Perjalanan
kami dari vila untuk sampai ketempat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
kurang lebih 2 jam. Tidak seperti jalan tol yang selalu lurus, kami sempat
nyasar karena tidak tau daerah tersebut dan belum pernah kesana sebelumnya. Melalui
bantuan Maps yang ada, akhirnya kami sampai ditempat tujuan dengan selamat.
Setelah sampai dan parkir mobil, kami harus berjalan kaki sekitar kurang lebih
300m hanya untuk sampai diloket pembayaran masuk. Biaya yang kami keluarkan
adalah sebesar Rp. 14.000,-/orang.
Sebelum mendaki
untuk sampai air terjun, kami mempersiapkan minuman agar tidak dehidrasi. Karena
sepanjang jalan tidak ada yang jualan. Perjalanan yang kita tempuh untuk sampai
ke tempat air terjun sekitar satu jam lamanya dan itu hanya untuk naik bukan
beserta dengan turun. Setapak demi setapak kami lewati bersama-sama dan kita
harus berhati-hati agar tidak terjatuh ataupun tersandung batu yang ada.
Awalnya kami sangat semangat, tapi lama-lama
kaki kami mulai pegal dan badan cukup lelah. Akhirnya kami memutuskan untuk
istirahat sejenak. Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi. Tiga orang teman
saya ada yang sudah terbiasa untuk berjalan mendaki seperti ini karena mereka
sering pergi mendaki, maka dari itu mereka berjalan sudah cukup jauh daripada
kami yang lainnya. Saat sedang asyik mendaki sambil bersanda gurau bersama, saya
melihat dua orang anak muda laki-laki yang sedang bersama-sama memiliki tujuan
seperti kami untuk ke air terjun. Tiba-tiba salah satu pemuda tersebut
mendekati saya. Saya pun sedikit risih dengan adanya dia disamping saya. Karena
jalannya masih lebar dan tidak terlalu banyak orang sehingga memungkinkan ia
bisa jauh dari saya jalannya.
Tiba-tiba ia
memberanikan diri untuk bertanya kepada saya. “Permisi Mba.” Saut laki-laki
itu. Awalnya saya tidak menanggapi apa yang ia katakan. Saya berpikir mungkin
itu ucapan bukan untuk saya dan saya menghiraukan itu. Tetapi laki-laki ini
tidak pantang menyerah. Ia mencoba untuk menyapa saya dan saya pun meresponnya.
“Ada apa ya, Mas ?”. Dengan raut muka
yang senang, laki-laki itu memperkenalkan dirinya yang bernama Toni dan meminta
foto bersama saya. Saya sangat kaget mendengar ungkapan itu. Agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman saya bertanya maksud dan tujuannya ingin berfoto
bersama saya itu apa. Ternyata dia hanya ingin berfoto bersama karena ia
tertarik dengan saya. Sempat bingung apa yang harus saya lakukan, menerima
prmintaannya atau tidak. Salah satu teman saya takut laki-laki tersebut
mempergunakan foto tersebut dengan tidak baik. Karena saya lihat ia hanya inin
berfoto, akhirnya kami berfoto bersama beserta dengan teman-teman saya.
Perjalanan pun
kami lanjutkan. Tidak sia-sia kami sampai di air terjun., di puncak gunung
tersebut ada tiga air terjun yang berada disisi kiri, tengah, dan kanan. Air
terjun yang sering digunakan wisatawan adalah yang bagaian tengah karena paling
tinggi dan air yang turun juga sangat deras dibandingkan kedua air terjun yang
lain. Kami bermain-main dibawah air terjun yang cukup dalam bagi saya. Airnya
sangat dingin dan sangat jernih. Banhyak wisatawan yang lain tidak melewatkan
momen tersebut dengan berfoto-foto dengan air terjun.
Tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul empat sore dan mulai agak gelap. Kami bersih-bersih dan
akan turun untuk pulang. Saat perjalanan pulang, sandal yamg dipakai Venny
hampir putus dan ia harus pelan-pelan. Perjuangan yang begitu hebat bagi kami,
kami sampai di parkiran sekitar setengah enam sore dan balik kerumah
masing-masing. Sungguh menyenangkan bisa menikmati air terjun di Taman Gunung
Gede Pangrango.