TEMBAKAU
INDONESIA MENYUMBANG PEMASUKKAN GLOBAL
Penulis : Grace Priskila Hakim
Ilustrasi rokok dan pohon tembakau (GRACE
PRISKILA HAKIM)
TANGERANG – Industri
tembakau merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar di Indonesia karena konsumsi
rokok di bangsa ini sangat besar.
Fuad
Baradja seorang ahli terapi berhenti rokok mengatakan bahwa Indonesia menjadi
pasar rokok terbesar kedua di Asia setelah Cina.
“Ya,
hal ini terjadi karena jumlah perokok dan penduduk Indonesia memang besar,”
kata Fuad.
Diperkirakan,
para perokok Indonesia menggunakan 5-7 persen penghasilan mereka setiap bulan
untuk membeli rokok atau olahan tembakau lainnya. Tak heran banyak pabrik rokok
yang beroperasi di Indonesia.
Kemunduran
rokok di barat karena telah memberi dorongan kepada industri tembakau untuk memburu
konsumen baru di negara-negara termiskin di dunia. Mereka mengarahkan seluruh
tenaga untuk membawa produk yang sama, tipuan yang sama dan penipuan praktek
pemasaran dan membawanya ke seluruh dunia.
Menurut
Soegondo (2010: 29-30), produsen rokok sejak lama telah menggunakan pendekatan
emosional untuk mengomunikasikan komoditasnya, yaitu rokok. Dari suatu
komoditas yang diketahui membahayakan kesehatan, pesan dikemas sedemikian rupa
sehingga rokok menjadi simbol budaya dan gaya hidup yang positif. Yang dipresentasikan
adalah karakteristik rekayasa yang diharapkan mampu menciptakan persepsi,
makna, gengsi, identitas dan kenikmatan bagi khalayaknya.
Ada
dua kemungkinan kebohongan yang paling menghancurkan dalam sejarah bisnis di
dunia adalah merokok tidak menyebabkan penyakit dan tidak memasarkannya ke anak
kecil. Banyak iklan rokok dimana-mana yang mengatakan rokok itu keren, rokok
itu menyenangkan dan rokok itu seksi. Terdapat berbagai kandungan zat kimia di
dalam rokok, yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, cadmium, acrolein, amoniak,
asam format, hydrogen sianida, nitrous oxid, formaldehid, fenol, asetol, hydrogen
sulfide, piridin, metal klorida, methanol. Kandungan dalam rokok itulah yang
dapat membunuh seseorang bila mengkonsumsinya terus menerus.
“Sudah
ngerokok dari SMP. Saya ngerokok karena faktor lingkungan. Pas dicoba enak aja
gitu, sampe sekarang terus ketagihan,” ujar Johan mahasiswa yang menjadi perokok
aktif.
Di
daerah Times Square kota New York dapat ditemukan iklan-iklan untuk hampir
semua barang, tetapi ada satu produk yang tidak dapat ditemukan diantara
papan-papan iklan yang berbinar-binar yaitu rokok. Iklan-iklan rokok telah
banyak dilarang di Amerika Serikat. Disana sebungkus rokok seharga $12.00.
Suni
(36) salah satu pedagang warung yang menjual rokok mengatakan keuntungannya
tidak terlalu besar tetapi banyak yang mencarinya. Sebungkus rokok dibandrol
sekitar Rp 9.000 – Rp 25.000.
“Jual
rokok hanya untuk pemanis aja jadinya. Untungnya mah kecil, paling seribu
sampai seribu lima ratus,” tambahnya.
Sebungkus rokok yang dapat membuat orang
ketagihan ketika mencobanya. (GRACE PRISKILA HAKIM)
New
York adalah tempat termahal di Amerika untuk membeli rokok. Harganya berlipat
kali ganda dari pada sekarang ini, dikarenakan Pajak-Sin besar yang ditetapkan
baru-baru ini oleh pemerintah daerah dan negara dalam usahanya untuk mencegah
konsumen untuk merokok.
Pendapatan
mereka menjadi menurun karena harganya yang cukup mahal. Dahulu Amerika
dijuluki sebagai negara Malboro. Pada waktu itu harga rokok masih sangat murah,
kira-kira sama harganya dengan permen dan dapat merokok dimana saja.
Faud mengatakan bahwa di Indonesia ini harga rokok
dijual dengan harga yang relatif murah, iklannya bisa kita temui dimana saja
sehingga membuat orang tertarik untuk merokok. Hampir tidak ada batasan untuk
tidak merokok. Masyarakat dengan bebas untuk merokok ditempat yang mereka
ingini, kecuali tempat-tempat tertentu yang bebas rokok. Pembungkusan bahaya
gambar rokok yang hanya 40% membuat masyarakat tidak begitu menghiraukan. Sedangkan
di luar negri sendiri, sebesar 85% gambar bahaya rokok sehingga bisa membuat
orang yang ingin membelinya untuk berpikir dua kali.
Fuad Baradja seorang ahli terapi berhenti
merokok di jalan Semeru, Jatiwarna, Pondok Melati, Kota Bekasi, Selasa (7/5/2019)
pukul 17.30 WIB. (GRACE PRISKILA HAKIM)
Untuk
industri tembakau, Indonesia menawarkan wilayah baru yang subur dan sangat
menarik. Dengan peraturan pemerintah yang sedikit atau tidak ada untuk industri
tembakau. Indonesia merupakan negara terpadat ke empat di dunia.
Kebanyakan
dari acara di sponsori oleh produksi rokok. Djarum yang merupakan salah satu industri
pembuat rokok terbesar. Bebas dari banyak peraturan dan restriksi yang
menghambat usaha mereka di barat, cara agresif industri tembakau di tempat seperti
ini tentu saja mendapatkan hasil. Di Amerika, seperti halnya di negara lain,
menjual produk-produk tembakau pada anak dibawah umur 18 tahun adalah illegal. Di
Indonesia, tidak ada peraturan semacam itu.
Target
utama pasar rokok adalah anak muda, yang tidak resmi umur 14 tahun, dan
resminya 18 tahun keatas. Pada tahun 2005, orang-orang Malboro di Philip Morris
membayar sekitar 5 milyar dollar untuk membeli salah satu perusahaan rokok
terbesar di Indonesia, yaitu Sampoerna.
Di
Amerika sendiri, pemberentian penggunaan rokok sudah berdekade dimana ada persetujuan
tentang sifat rokok yang dapat menghancurkan. Sedangkan di Indonesia masih
menjadi perbedabatan.
Pajak
untuk rokok juga membawa kira-kira 7 milyar dollar per tahunnya untuk pemerintah.
Pemasukkan berasal dari industri tembakau, tetapi hal ini juga bisa
membahayakan masyarakat. Banyak yang meninggal akibat rokok ini. Iklan rokok
dengan tampilan yang terbuka membuat orang semakin tertarik untuk mencobanya. Merokok
tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan, tetapi dapat menyebabkan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia lemah dalam menanggapi hal ini. Kita merupakan satu-satunya
negara yang Asia terbesar yang tidak memiliki konfensi pengawasan rokok.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar