TANGGAPAN MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE
Dalam tugas Reporting on Science Technology ini saya
akan membahas tentang penyakit DBD. Demam Berdarah Dengue atau biasa yang kita kenal dengan singkatan DBD
merupakan penyakit yang disebabkan virus Dengue yang
dibawa oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Biasanya, jenis
nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. Penularan virus
Dengue terjadi bila seseorang yang
terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara dan tidak dari orang ke orang. Virus Dengue ini memiliki empat tipe, yaitu
DEN 1-4. Tidak menutup kemungkinan bila seseorang telah mengalami sakit DBD,
lebih berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya.
Sebagai
orang awam, terkadang publik tidak mengetahui lebih mendalam penyebab timbulnya
penyakit DBD. Kebanyakan masyarakat hanya tahu karena gigitan nyamuk saja. Populasi
penduduk yang terus bertambah dan mobilitasnya yang terus meningkat telah
menyebabkan virus ini menyebar luas di dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Berikut
ini saya akan jabarkan beberapa faktor penyebab DBD, pertama adalah umur. Menurut
beberapa penelitian bahwa usia anak-anak kurang dari 12 tahun akan lebih rentan
dibandingkan orang dewasa. Dikarenakan akan-anak belum memiliki kekebalan tubuh
yang lebih. Kedua, tempat penampungan air dapat menjadi sarang jentik yang
kemudian menjadi nyamuk dewasa. Sebaiknya tempat penampungan air jagan
dibiarkan terbuka melainkan menutupnya ketika selesai digunakan. Ketiga,
memiliki kebiasaan menggantung pakaian di luar dan di dalam kamar sangat
digemari nyamuk untuk berkembangbiak bahkan untuk bertelur.
Melalui konsultasi saya dengan Dokter
Umum Hendri Pangestu yang membuka Klinik di daerah Pasar Baru Tangerang. Dua tahun
lalu, tepat di bulan maret saya datang ke kliniknya untuk melalukan
pemeriksaan. Keluhan yang dirasakan adalah sakit demam selama tiga hari
lamanya. Kemudian ia menganjurkan untuk tes darah agar lebih jelas sakit yang
dialami. Menurutnya, demam yang sudah tiga hari tersebut, dan suhunya naik turun
disertai sakit kepala, mual dan muntah, badan terasa nyeri dan lemas merupakan
gejala dari DBD. Pada hari keempat, akhirnya saya memutuskan ke rumah sakit di
Kota Tangerang untuk melakukan tes darah.
Hasil labnya pun mengatakan saya positif DBD. Ketika sudah dinyatakan positif, bitnik-bintik
merah di tubuh baru muncul dan terasa perih bila terkena gesekan pakaian yang
sedang dikenakan atau sedang mandi.
Kepala
Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan dari 1-12 Maret 2019 ini
sudah ada 172 yang sudah terjangkit DBD. Dikabarkan seorang anak 17 tahun dan
berusia empat tahun asal Jakarta Timur meninggal akibat DBD. Menurut kabar
rumah sakit, anak usia 17 tahun sudah sakit parah baru dilarikan ke rumah sakit
swasta. Ia meninggal ketika akan dirujuk ke RSUD. Pelajaran yang bisa kita
ambil dari kejadian ini adalah, masyarakat harus lebih mengerti bagaimana
gejala dan faktor dari suatu penyakit. Tetapi kendalanya, untuk masyarakat
menengah kebawah kurang mengerti medis, menganggap
sepele sakit demam itu.
Penyakit DBD harus ditangani dengan
segera. Banyak masyarakat awam, terutama yang berkebudayaan Tionghoa menyakini
bahwa air olahan angkak bisa digunakan untuk menaiki trombosit penderita. Padahal
para ahli atau peneliti belum memberikan penjelasan tentang angkak tersebut
apakah bisa menaiki trombosit. Melalui siaran televisi tentang kesehatan di
salah satu channel, dokter mengatakan bahwa buah jambu merah tidak bisa
meningkatkan trombosit. Pernyataan itu adalah mitos. Kesalahan dari masyarakat
mudah percaya tanpa menyelusuri lebih dalam dari mana asal pernyataan tersebut.
Penjelasan diatas terkadang hanya
menyebutkan kata “menurut peneliti” sehingga membuat masyrakat yang membaca dan
mendengarnya merasa percaya dan yakin bahwa hal tersebut memang sesuai dengan
faktanya. Akan tetapi, kebanyakan dari penulis blog tidak disebutkan nama dari
peneliti itu sendiri. Beberapa teman yang saya tanyakan mengenai bagaimana cara
mencari tahu tentang sesuatu di Google ? Tujuh dari mereka menjawab, percaya
akan adanya penjelasan dari para peneliti. Dan mempercayaai kalau artikel
pertama yang muncul itu yang bisa dipercaya.
Seharusnya
pemerintah bisa menindaklanjuti kasus seperti ini. Adanya seminar atau terjun
langsung ke desa-desa tentang pencegahan penyakit DBD. Terkadang tidakhanya
masyarakat awam yang kurang mengerti gejala-faktornya. Masyarakat yang telah
mengerti teknologi saja masih belum bisa menggunakannya dengan baik. Dengan adanya
Google, yang bisa kita gunakan dan bisa mencari apa saja belum sepenuhnya
digunakan dengan baik. Pemerintah harus mengadakan penggunaan teknologi dengan tema
“Literacy Media” agar pengguna bisa memanfaatkannya sesuai kebutuhan dan
kepentingan pribadi.
Referensi
: